Pada diskusi yang berlangsung di Semarang pada 9 Februari lalu, Dr. Katarina Herwanti, S.Pd., M.Pd., dari SLCC PGRI Jawa Tengah, mengupas tuntas filosofi pendidikan yang menghamba pada siswa. Tema ini diangkat dalam program "Ngobras" yang dipandu oleh Santi Rosalia, membahas betapa pentingnya peran guru dalam membimbing dan menuntun siswa sesuai dengan potensi mereka sejak lahir.
Dr. Katarina menjelaskan bahwa filosofi pendidikan yang menghamba pada siswa sangat sejalan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Menurutnya, setiap anak lahir dengan bakat, minat, dan potensi yang unik. Tugas utama seorang guru adalah menuntun dan membimbing segala kodrat yang ada pada siswa tersebut. "Pendidikan yang menghamba pada siswa berarti kita sebagai pendidik menuntun segala kodrat yang ada pada siswa karena pada dasarnya siswa itu lahir sudah memiliki bakat, minat, dan potensinya masing-masing," ungkap Dr. Katarina.
Dalam penjelasannya, Dr. Katarina menekankan bahwa tugas seorang pendidik bukanlah untuk membentuk anak menjadi apa yang diinginkan oleh sistem atau masyarakat, tetapi untuk membantu menebalkan garis-garis samar yang sudah ada dalam diri anak sejak lahir. Ini berarti bahwa pendidikan harus berfokus pada pengembangan individu, mengarahkan anak untuk mengembangkan kemampuan dan minat mereka sendiri.
Lebih lanjut, Dr. Katarina menyebutkan bahwa paradigma baru pembelajaran menuntut guru untuk selalu mendahulukan kepentingan dan kebutuhan siswa. "Pada intinya, bagaimana guru mendahulukan kepentingan kebutuhan atau keinginan anak," jelasnya. Pendidikan modern harus berpihak pada murid, memberikan mereka kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri sehingga mereka bisa bahagia, baik lahir maupun batin.
Filosofi ini membawa perubahan besar dalam pendekatan pendidikan. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat pengetahuan yang otoritatif, melainkan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan dan mengasah potensi terbaik mereka. "Menghamba pada siswa artinya kita membimbing, mengarahkan, dan menuntun mereka dalam perjalanan belajar mereka," tambah Dr. Katarina.
Dalam konteks ini, penting bagi guru untuk memiliki sikap yang bersahaja, yang berarti rendah hati dan penuh kasih dalam melayani siswa. Sikap ini akan membuat siswa merasa dihargai dan dimengerti, sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar dan berkembang.
Penjelasan Dr. Katarina memberikan perspektif baru yang inspiratif bagi semua kalangan, mulai dari pendidik, orang tua, hingga masyarakat umum. Dengan mengadopsi filosofi pendidikan yang menghamba pada siswa, diharapkan sistem pendidikan di Indonesia dapat lebih responsif terhadap kebutuhan individu setiap siswa, menciptakan generasi yang lebih kreatif, mandiri, dan bahagia.
Diskusi ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan potensi setiap anak. Dengan guru yang bersikap bersahaja dan menghamba pada siswa, kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan menyenangkan bagi semua anak.
0 Komentar